30/11/18

Tatanama Senyawa pada Unsur Kimia

Tatanama Senyawa pada Unsur Kimia - Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang bermacam-macam. Ada yang didasarkan pada warna unsur seperti klorin (chloros = hijau), atau pada salah satu sifat dari unsur yang bersangkutan seperti fosfor (phosphorus = bercahaya) atau nama seorang ilmuwan yang sangat berjasa seperti einsteinium (untuk albert einstein). Untuk mencegah timbulnya perdebatan mengenai nama dan lambang unsur-unsur baru, Persatuan Kimia Murni dan Kimia Terapan (International Union Of Pure and Applied Chemistry = IUPAC) menetapkan aturan penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur temuan baru sebagai berikut.
  1. Nama berakhir dengan ium, baik untuk unsur logam maupun nonlogam.
  2. Nama itu didasarkan pada nomor atom unsur, yaitu rangkaian akar kata yang menyatakan nomor atomnya.
    0 = nill, 1 = un, 2 = bi, 3 = tri, 4 = quad, 5 = pent, 6 = hex, 7 = sep, 8 = okt, 9 = enn
  3. Lambang unsur (tanda atom) terdiri atas tiga huruf yakni rangkaian huruf awal dari akar yang menyatakan nomor atom unsur tersebut.

Ada beberapa sistem penamaan yang didasarkan pada rumus kimia senyawa.
1. Tatanama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terbentuk dari dua macam
unsur yang berbeda (terdiri atas unsur logam dan nonlogam).
  1. Unsur yang berada di depan disebut sesuai dengan nama unsur tersebut.
  2. Unsur yang berada di belakang disebut sesuai dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran -ida.
  3. Jumlah atom unsur disebut dengan menggunakan angka Latin (jika diperlukan)

Contoh:
NO : nitrogen monoksida
NO2: nitrogen dioksida
AlCl : aluminium klorida
FeCl3: besi(III) klorida
SnO : timah(II) oksida

Pada senyawa biner tersebut di atas, unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur nonlogam sebagai anion (ion negatif).

Beberapa Ion Positif (Kation)
Tabel 1 : Beberapa Ion Positif (Kation)


Beberapa Ion Negatif (Anion)
Tabel 2 : Beberapa Ion Negatif (Anion)

Apabila ion positif dan ion negatif bergabung membentuk senyawa, jumlah muatannya harus nol.

contoh:
  1. ion Fe 3+ apabila bergabung dengan ion S 2– akan membentuk senyawa dengan rumus kimia Fe 2 S 3 , sebab untuk menjadikan netral setiap tiga ion S 2– yang mempunyai muatan –2 memerlukan 2 buah ion Fe 3+ yang bermuatan +3,
  2. on Al 3+ apabila bergabung dengan ion Cl - akan membentuk senyawa dengan rumus kimia AlCl 3 = Aluminium klorida, sebab untuk menjadikan netral setiap satu ion Al 3+ yang bermuatan +3 memerlukan tiga ion Cl – yang bermuatan –1.

Perhatikan beberapa contoh berikut.
BaCl2 : Barium klorida
AgBr : Perak(I) bromida
CuCl2 : Tembaga(II) klorida

2. Senyawa Biner Kedua-duanya Nonlogam
Senyawa biner kedua-duanya nonlogam merupakan senyawa yang tersusun atas molekul-molekul, bukan ion-ion. Penamaannya ditandai dengan awalan angka Yunani yang menyatakan jumlah atom nonlogam diakhiri dengan akhiran –ida.

Awalan angka Yunani
Mono = 1
Di = 2
Tri = 3
Tetra = 4
Penta = 5
Heksa = 6
Hepta = 7
Okta = 8
Nona = 9
Deka = 10

Contoh:
CO : Karbon monoksida
CO2: Karbon dioksida
N2O5 : Dinitrogen pentaoksida
PCl5: Fosfor pentaklorida
SO3: Belerang trioksida

3. Senyawa yang Tersusun Atas Ion-Ion Poliatom
Ion-ion dibedakan menjadi ion atom tunggal (ion monoatom) dan ion yang tersusun atas gabungan beberapa unsur yang disebut ion-ion poliatom. Cara pemberian nama senyawa yang tersusun atas kation dan anion poliatomik yaitu, nama logam kation diikuti nama anionnya. Khusus untuk logam golongan B disesuaikan dengan bilangan oksidasi unsur tersebut dalam senyawanya.

Contoh:
NH4Cl : amonium klorida
NaNO3: natrium nitrat
MgSO4: magnesium sulfat
KCN : kalium sianida
Zn(OH)2: seng(II) hidroksida (pada senyawa ini, bilangan oksidasi seng = 2)
FeC2O4: besi(II) oksalat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 2)
Fe2(SO4)3 : besi(III) sulfat (pada senyawa ini, bilangan oksidasi besi = 3)

Beberapa Jenis Ion Poliatomik

Tabel 3 : Beberapa Jenis Ion Poliatomik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama senyawa ion poliatomik sebagai berikut.
  1. Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif kecuali ion amonium (NH4+).
  2. Hampir seluruh ion poliatom mengandung oksigen, kecuali CN dan NH4+. Untuk jumlah oksigen yang lebih sedikit diberi akhiran -it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih banyak diberi akhiran -at. Contoh: SO32– diberi nama sulfit sedangkan SO42- diberi nama sulfat.
  3. Suatu senyawa bersifat netral. Oleh karena itu, apabila suatu senyawa belum netral, ion-ion yang berbeda muatannya harus disamakan terlebih dahulu dengan menambahkan angka indeks.

Contoh:
  1. Ion Pb2+ dan NO3– . Oleh karena Pb bermuatan 2+ sedangkan NO3 bermuatan –1, untuk membentuk senyawa yang netral diperlukan 2 NO3 . Maka senyawanya menjadi Pb(NO3)2.
  2. Ion Ca2+ dan ion PO43-. Oleh karena Ca bermuatan +2 dan PO 4 bermuatan –3, untuk membentuk senyawa netral Ca harus dikalikan 3 dan PO4 harus dikalikan 2. Maka senyawanya menjadi Ca3 (PO4)2.

4. Tatanama Senyawa Asam
Asam adalah zat yang jika dilarutkan di dalam air akan terlarut dan terurai menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion negatif. Semua asam diawali dengan hidrogen kecuali asam organik dan air. Pada umumnya asam merupakan senyawa biner yang mengandung hidrogen, oksigen, dan unsur nonlogam. Semua asam dinamai dengan awalan asam yang diikuti nama ion negatifnya.

Beberapa Nama Asam

Tabel 4 : Beberapa Nama Asam

5. Tatanama Senyawa Hidrat
Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari udara atau bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung "air kristal". Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal hidrat tidak berair karena molekul air terkurung rapat dalam kristal senyawa. Senyawa hidrat dinamai dengan menambahkan awalan angka Yunani yang menyatakan banyaknya air kristal hidrat di akhir nama senyawa tersebut.

Contoh:
CuSO4.5H2O : tembaga(II) sulfat pentahidrat
CaSO4.2H2O : kalsium sulfat dihidrat
Na2CO3.10H2O: natrium karbonat dekahidrat

Repost Sainsmini.blogspot.com
Disqus Comments