Armada Belanda mengarungi lautan luas demi rempah.
Pada tahun 1602, mereka bersepakat mendirikan VOC
Kebutuhan akan rempah yang 'terbatas' sejak kejatuhan Konstantinopel
memaksa orang-orang Eropa menemukan sendiri tempat asalnya
Rempah-rempah adalah komoditas mahal, bahkan sangat mahal dan begitu menggiurkan potensi keuntungannya. Pasar Eropa sangat membutuhkan jahe, cengkih, biji pala, kamper, kayu manis, cendana, dan lain-lain. Dibandingkan dengan segenggam emas dengan bobot yang sama, rempah-rempah memiliki harga yang jauh lebih mahal. William Wilson Hunter yang menuliskan sejarah India menuturkan, di tahun 1608 di Inggris harga cengkih dijual seharga 36.287 poundsterling. Harga jual yang luar biasa mahal itu sama sekali berbeda jauh dengan harga aslinya di Ambon senilai 2.948 poundsterling. Rempah-rempah itu nantinya akan digunakan untuk memberi cita rasa masakan, mengawetkan bahan pangan, bahan baku obat, dan mencegah daging membusuk.
Pasca Reconquista (perang untuk penaklukan kembali di Spanyol), orang-orang Spanyol sudah mulai mengambil langkah baru dalam mencari dunia baru. Terlebih, situasi politik di Mediterania sedang tidak menguntungkan. Konstantinopel jatuh dalam penyerbuan oleh Turki Utsmani di tahun 1453, dan orang-orang Venesia bukanlah mitra berdagang yang tepat bagi mereka. Hasrat untuk mendapatkan rempah-rempah langsung dari tempat asalnya pada akhirnya mendorong Spanyol dan Portugis untuk melakukan berbagai penjelajahan ke belahan bumi lain, dunia yang sebelumnya sama sekali tidak pernah mereka ketahui. Tidak ada marabahaya, yang ada hanya kejayaan yang gemilang bagi mereka. Hal ini, beberapa waktu kemudian mengundang jiwa pesaing dari berbagai negeri di benua Eropa lainnya.
Reconquista berakhir tahun 1492 dengan jatuhnya Granada.
Sultan Muhammad XII dan para pengikutnya terpaksa meninggalkannya
Para saudagar Belanda cemas mengetahui perkembangan penjelajahan orang-orang Spanyol dan Portugis, yang mereka dapatkan dari orang-orang Belanda yang berada di setiap kapal-kapal Portugis dan Spanyol yang menjelajahi dunia. Portugis, khususnya sudah melangkah jauh hingga ke Asia, mendapatkan pos di Goa, menggilas Kesultanan Malaka dalam sebuah pertempuran 'habis-habisan', dan kini membidik wilayah kepulauan di Nusantara. Sebuah jalinan kerjasama keamanan dan perdagangan dengan Kerajaan Pajajaran di Tatar Sunda pun terbentuk. Orang Portugis boleh mendirikan benteng dan area dagang di Sunda Kalapa. Secara tidak langsung, tindakan Portugis ini menjadi potensi ancaman bagi orang-orang Jawa terutama mereka yang pernah terlibat dalam pertempuran di Malaka sebelumnya. Portugis akhirnya tidak mendapatkan tempat di Sunda Kalapa begitu Fatahillah dan balatentaranya merebut Sunda Kalapa dari tangan Pajajaran.
Sebelumnya tidak ada yang berani membocorkan jalur pelayaran ke dunia timur, hingga kemudian Jan Huygens van Linchosten membuat buku Itinerario, di mana di dalamnya disebutkan secara lengkap jalur pelayaran untuk menemukan tempat asal rempah yang didambakan orang Eropa setelah kejatuhan Konstantinopel nyaris memupus ekspektasi keuntungan yang mereka inginkan. Berbekal jalur yang tercantum dalam Itinerario itulah, orang Belanda memulai petualangan. Tidak seperti orang Portugis dan Spanyol yang menyusuri garis pantai, orang Belanda memilih mengarungi lautan luas. Pada suatu kesempatan, orang Belanda langsung berlayar lurus ke arah Australia lalu berbelok ke kiri ke arah Selat Sunda, kemudian memasuki Laut Jawa. Samudra Hindia yang masih buas itu seakan tidak menghentikan hasrat mereka untuk mengungguli orang-orang Portugis dan Spanyol.
Di antara para petualang Belanda itu, ada Cornelis de Houtman yang tersohor. Berangkat dari Belanda, tujuan mereka berhenti di Banten. Setelah menyampaikan maksud untuk berdagang, mereka diberi sebuah tempat untuk melangsungkan kegiatan berniaga. Semula tidak ada masalah yang didapat oleh mereka. Hingga perilaku para pelaut Belanda mulai tidak disukai orang-orang Banten. Sebaliknya, orang-orang Belanda tidak menyukai orang Banten yang mereka anggap terlalu selektif memilih barang dagangan. Bahkan mereka menuding orang Banten suka berhutang tanpa mau membayar. Pada akhirnya mereka saling serang dan terlibat keributan hingga akhirnya Cornelis de Houtman dan orang-orangnya meninggalkan Banten dengan keuntungan yang sangat sedikit. Dari 249 orang yang ikut dalam petualangan pertama tersebut, hanya tersisa 87 orang yang pulang ke Belanda. Sisanya tewas atau hilang dengan berbagai sebab.
Meskipun petualangan pertama tidak memberi banyak keuntungan, orang-orang Belanda tetap termotivasi apalagi jalur pelayaran sudah mereka ketahui sendiri dari mereka yang ikut dengan Cornelis. Dalam kedatangan kedua ke Banten, mereka bersikap ramah sehingga orang Banten mau kembali menerima mereka. Orang Belanda pun mencatatkan 'kebaikan' saat Furtado de Mendoca memimpin Portugis untuk mengepung Banten tanggal 25 Desember 1601. Wolfert Harmenz dan armada Belandanya berhasil memukul mundur armada Furtado di tanggal 27 Desember.
Pada tahun 1602, para saudagar Belanda yang tergabung dalam Heeren Zeventien berkumpul di Amsterdam dan bersepakat untuk mendirikan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Pendirian VOC adalah keseriusan orang Belanda untuk menguasai dan mengamankan perdagangan rempah agar tidak tersaingi apalagi jatuh ke tangan bangsa Eropa lainnya. Untuk itu mereka memodali VOC, memberikan keamanan dengan merekrut tentara dari berbagai negara di Eropa, hingga mempersenjatai kapal-kapal dagang. Dari sana, mereka semakin melebarkan sayap kekuasaan di Asia, mendominasi perdagangan rempah lebih dari bangsa Eropa lain, mencampuri politik kerajaan setempat dan mendirikan pos dagang dengan pertahanan yang kokoh.