Oleh: Anisah Fauziyyah
Dia itu lucu, menggemaskan dan tampan. Bahkan sifatnya pun baik. ooh.. sungguh, wanita mana yang tak jatuh hati padanya? Aku yakin, jika kalian mengenal Nena lebih jauh.. kalian juga akan jatuh hati padanya seperti aku!
Hmm.. Nena..Nena.. Kamu sempurna! Wajah kalem dan ganteng, kulit putih, hidung mancung, rambut hitam dengan gaya funky, badan tinggi besar dan kamu juga pinter!
Dan ditambah lagi dengan warna mata kamu yang bewarna coklat terang,! Kamu sempurna banget!
Aku membaca satu persatu kalimat yang kutulis dalam buku diary ku malam ini. rasanya lucu juga jika membacanya berulang-ulang. Sudah lah, aku tak bisa berharap terlalu banyak. Nena kan cowok keren dan tampan. Peluang untuk PDKT dengannya pun sangat tipis, mengingat saingan ku yang tak hanya satu atau dua orang melainkan ratus ribu! Gila!
Kemudian, ku tutup buku diary ku itu dan kutaruh di atas meja belajar. Selanjutnya, aku merebahkan tubuh ku ke atas kasur yang empuk dan lembut. Kupenjamkan kedua mata ku perlahan sambil kubentangkan kedua tangan ku.
Pikiran ku mulai melayang, kugantungkan berbagai khayalan indah yang kurajut dalam pikiran ku. Aku mulai berimajinasi kalau aku bisa mendekati Nena lebih dari sahabat alias menjadi kekasih nya. Aku juga berimajinasi kalau aku dan Nena membeli buku novel, sebuah coklat, dan membeli sepasang cincin bersama-sama. Aah… manis sekali.
***
Pukul 13.20 di aula sekolah.
Aku menghela nafas dalam-dalam, rasa letih mulai menyerang ku perlahan. Perasaan jenuh mulai kurasakan. hari ini aku tidak langsung pulang seperti biasanya, aku harus mengurus keperluan teater untuk pentas besok di aula kabupaten.
“Kak Alissa, naskah ‘kehilangan untuk selamanya’ kok nggak ada? Apa masih ada di ruang sastra?” tanya Vallen, adik kelas ku sambil membawa sejumlah kertas naskah yang warnanya menguning.
Aku menghela nafas dalam-dalam, huh baru saja duduk! Sudah ditanya lagi! gumam ku dalam hati kesal. Aku memandang sekitar, kemudian kuambil sejumlah kertas naskah dari tangan Vallen. Kuteliti satu persatu dan tak kutemukan naskah ‘kehilangan untuk selamanya’. Aku kembali menghembuskan nafas berat, berat untuk meninggalkan kursi yang tengah kududuki.
“Mungkin ada di ruang sastra, yaudah aku mau ambil dulu! Tolong dijagain dulu kegiatan nya ya!” pesan ku kemudian sembari meninggalkan aula sekolah.
Sesampainya di ruang sastra, aku segera menuju rak naskah yang letaknya dekat dengan jendela ruang sastra. Disana, ada sebuah lemari kayu besar. Dimana semua isi naskah-naskah untuk teater berada.
Sebenarnya aku sangat malas untuk mencari naskah di dalam lemari itu, sebab. Ada banyak naskah-naskah yang ditaruh di dalam lemari besar itu. Ada kemungkinan kalau aku akan memakan waktu cukup lama untuk mencari naskah ‘kehilangan untuk selamanya’.
“Hmm.. Alissa?” tiba-tiba seseorang memanggil ku dengan suara yang cukup ku kenal, itu suara Nena.
“Iyah? Ada apa Na?” tanyaku sambil menoleh ke arahnya.
Nena terdiam, kemudian ia melangkah kan kedua kaki nya menuju tempat ku berada. Kulihat kedua matanya tak henti memandang ku. yahh.. indah sekali pandangan matanya yang begitu dalam.
“Hmm..gimana ya ngomongnya, Alissa. Kamu masih ngurusin acara teater ya?” Nena bertanya sembari mendekati tumpukan kertas naskah yang ada di hadapan ku.
“Iyah nih, Na. Kenapa emang? Ada perlu?” celetoh ku sambil meneliti satu persatu naskah yang ada di hadapan ku.
“Iyah.. pulang dari sekolah, kamu mau nggak kawanin aku ke toko buku? Terus ke toko aksesoris? Hehe.. itu sih kalau kamu mau..” ucapan Nena membuat jantungku berdetak kencang! Oh ya Tuhan! Benarkah itu? Mimpi apa aku semalam! gumam ku dalam hati sembari tersenyum lebar. Rasanya aku baru saja terbang menuju kayangan. Aku terdiam sejenak, aku masih tak percaya ini!
“Kamu enggak bisa ya Lis? Sorry..” ucap Nena sembari meninggal kan ku karena sedari tadi aku hanya terdiam. Sebelum Nena melangkah jauh, aku segera menarik tangan nya dengan erat. kemudian aku mengangguk sembari tertawa.
“Aku mau kok! tapi.. kamu bantuin aku cari naskah ‘kehilangan untuk selamanya’ ya!” pintaku dengan suara manja. Nena tertawa mendengar suara ku, kemudian ia mengangguk pelan. Aku dan Nena kemudian mencari naskah cerita itu bersama-sama.
Tumpukan kertas yang bewarna kuning itu kami teliti satu persatu sambil berbincang-bincang.
Tumpukan kertas yang bewarna kuning itu kami teliti satu persatu sambil berbincang-bincang.
“Aah! Aku dapat! Ini dia!” seru nya senang sambil mengangkat sebuah naskah cerita yang dari tadi kami cari. Aku tersenyum lebar, kemudian kami berdua segera meninggalkan ruang sastra dan menuju aula sekolah sambil berlari pelan.
***
“Ini! pake helm ini ya Alissa. Oh ya, menurut mu gimana warna helm nya?” tanya nya sambil memberikan ku sebuah helm untuk wanita yang bewarna hitam dengan gambar motif bunga dan hati yang bewarna pink pekat serta ada gambar kupu-kupu nya di bagian atas kepala.
Aku tersenyum, ini adalah helm terlucu yang pernah ada. Aku mengangguk. Kemudian kami mulai berangkat menuju kota. Selama diperjalanan, aku tak henti-hentinya tersenyum. Ya! Bayangkan, kalian sedang diajak date oleh seseorang yang kalian sayangi.
Suasana di kota lumayan sepi, jadi kami dengan mudahnya menuju toko buku tanpa ada nya gangguan macet.
“Cari novel yang menurut kamu itu paling bagus, pokoknya kesukaan cewek banget deh! Nanti aku bayar. Oke!?” pinta Nena padaku ketika kami berdua telah sampai di dalam toko buku bagian rak buku novel. Aku pun mengangguk cepat.
Aku mulai menelusuri berbagai rak buku novel yang ada di toko buku ini. dari yang bergenre romantis, horror, fantasi, realiti, dan petualangan. Aku mulai meneliti setiap novel yang ada. Kulihat satu persatu sinopsis novel nya dari setiap genre yang berbeda-beda.
Aku belum menemukan satu pun novel yang menurut ku menarik dan berbeda. Ya kau tahu? Aku lebih banyak menemukan novel-novel yang bertema pasaran dan sangat tidak menarik. Aku menghela nafas dalam-dalam. Lelah juga mencari novel yang tepat.
“Gimana kalau ini aja Lis?” tawar Nena tiba-tiba sambil menunjukkan sebuah buku novel lumayan tebal yang berjudul ‘Sebuah Awal Untuk Permulaan’. Aku segera menyambar buku novel tersebut dari tangan Nena. Kemudian kubaca sinopsis buku tersebut, dan ternyata sinopsis nya cukup menarik! Aku pun tersenyum.
“Ini Na, keren! Kamu kok bisa tahu sih ini keren?” tanya ku ketika kami sedang membayar di kasir. Nena tersenyum simpul.
“Aku Cuma nebak aja.. hehe” ucap nya singkat.
Kemudian setelah membeli buku novel, kami berdua menuju toko aksesoris yang berada di ujung kota. Disana, ada banyak aksesoris untuk handpone, gantungan kunci, untuk panjangan rumah dan lain-lain.
Nena menyuruh ku untuk memilih salah satu aksesoris handpone yang bernuansa romantis dan unik. Aku pun mengangguk. Tak perlu lama mencari, ketika mata ku menyapu pandangan di bagian rak gantungan handpone, aku menemukan sepasang gantungan kunci magnet couple yang sangat lucu dan keren. Dan seperti biasa, Nena lah yang membayar nya.
Kemudian kami menuju pojok toko aksesoris, disana menyediakan jasa bungkus kado. Nena menyuruh ku untuk membungkus buku novel dan gantungan handpone tadi di tempat jasa bungkus kado. Dan Nena juga menyuruh ku untuk menentukan sendiri sampul kado apa yang menurut ku paling lucu, unik, dan paling disukai cewek. Aku pun memilih sampul kado bewarna pink dan bermotif berbagai macam gambar-gambar lucu bewarna putih dan hitam.
Setelah semua selesai, Nena tersenyum. Ia kemudian membisikkan sesuatu ke kuping ku.
“Habis ini kita bakal ke suatu tempat yang menurut ku indah banget, kamu mau kan? Lagian ini masih jam empat.. oke?” ajak Nena, aku kemudian meng-iyakan hal tersebut dengan senyum mengembang.
***
Taman bunga kota, adalah tempat yang Nena tuju. Sebenarnya ini adalah tempat yang terlalu pasaran menurutku. Tetapi, ada yang beda. Di taman bunga kota ini lebih indah dan sangat luas. Disini ada banyak berbagai macam bunga-bunga dari seluruh belahan dunia. Bunga-bunga nya pun dirawat sebaik mungkin. Tempat nya asri dan romantis. hmm.. tepat! Celoteh ku dalam hati.
Kami berdua duduk di bangku taman yang bewarna putih pekat. Tiba-tiba Nena tersenyum manis dan memandang kedua mataku dengan dalam dan indah.
“Kamu tahu? Nggak ada seorang pun yang menurut ku indah selain kamu! Kamu lebih indah dari pada bunga mawar yang ada di taman ini. kamu bahkan memiliki pandangan mata yang sangat indah dan tulus. Kasih mu menemani hari-hari ku sungguh kurasa, ini seperti mimpi yang nyata. Tapi kali ini, aku akan menyatakan semuanya.. aku menyukai mu.. aku mencintai mu… selamanya..” tutur Nena dengan nada yang sangat menggetarkan hati. Kata-katanya meluluh lantah kan hatiku, aku ingin menangis, menangis haru. Aku merasa sangat bahagia.
“Menurut mu gimana kata-kata ku tadi, Lis?” tanya nya. Aku terdiam sembari tersenyum.
“Bagus banget Na.. ngeresap dalam hati deh!” puji ku sambil tertawa, Nena pun ikut tertawa.
“Oh ya.. besok kamu bawa yang barang-barang tadi yang kita beli, nanti pulang sekolah temui aku di sini! Okeh!” pintanya. Aku tersenyum senang. Nena menyukai ku! ya ampun! Gumam ku dalam hati.
***
Sepulang sekolah, aku segera menuju taman kota. Untung saja jarak nya tidak terlalu jauh dari sekolah ku, jadi aku tinggal naik angkot sekali saja. Setiba disana, kulangkah kan kedua kakiku menuju bangku taman yang kemarin aku dan Nena tepati. Dalam hati aku berseri-seri, rasanya hidup ku terasa baru dengan nuansa manis yang baru saja ditaburi seseorang yang selama ini kupuja.
Ketika sampai di bangku taman itu, Nena segera mengambi barang-barang yang kemarin kami beli dari tangan ku. kemudian Nena tersenyum dan berkata.
“Kok diambil lagi?” tanya ku heran sembari mengkerutkan dahi.
“Oh iyah.. aku lupa. Makasih ya Alissa kemarin udah mau nemenin aku buat beli semuanya dan makasih juga buat komentar kamu soal kata-kata ku kemarin dan helm itu! Ini bakal ngebantu aku banget ! makasih!” katanya polos. Aku makin bingung dibuatnya.
“Maksud kamu?”
“Semua barang yang kita beli kemarin dan kata-kata itu sebenarnya buat ke Vellysa. Gadis pujaan ku. hari ini aku sama dia udah janjian buat ketemuan disini, sebentar lagi juga dia datang. Dan kemarin aku ajak kamu buat beli barang-barang ini soalnya aku kurang tahu apa aja yang disukai cewek soal buku novel, aksesoris, kata-kata, dan helm. Jadi makasih ya, kemarin kamu udah bantuin aku! Kamu bener-bener teman terbaik ku yang pernah ada kamu udah kasih penilaian !” ucapan Nena bagai petir yang menyambar. Aku merasakan jantung ku berhenti berdetak, aliran darah ku terasa terhenti.. hati ku tertusuk-tusuk dan aku merasakan goresan luka paling dalam.
Aku terdiam.. tak bisa bicara. Aku terpatung.. tak mampu bergerak.hatiku hancur sudah, rasanya aku seperti tertimpah bangunan besar yang membuatku sekarat dalam kesakitan.
Aku meneteskan air mata kepedihan, aku tak menyangka kalau sebenarnya itu semua bukan untukku. Tetapi untuk Vellysa, gadis pujaanya. Ya Tuhan.. ini begitu menusum hatiku!