Penulisan nama unsur geografis dalam sketsa dan peta wilayah - Penentuan letak penamaan dan nama unsur geografis dalam sketsa dan peta wilayah sangat penting agar informasi dalam sketsa dan peta wilayah mudah dibaca dan dimengerti. Cara penentuan dan penulisan ini disebut toponimi, yaitu cara penulisan unsur geografis dalam peta sehingga unsur geografis tersebut mudah dibaca, jelas, dan dimengerti oleh pengguna sketsa dan peta wilayah.
Nama-nama geografis pada sketsa dan peta wilayah merupakan unsur utama dan terpenting sehingga penulisan nama dan letaknya harus terlihat sangat jelas. Letak penulisan nama objek geografis harus mudah dilihat dan jelas penulisannya sebab peta merupakan gambar kenampakan alam. Penulisan nama unsur geografis sangat penting dalam pembuatan peta agar peta dapat memperagakan kenampakan alam bagi pembaca atau pengguna peta.
Penulisan nama geografis tidak boleh terhalang oleh simbol atau gambar lain dalam peta tersebut. Oleh karena itu, penempatan letak dan nama geografis dalam peta harus memerhatikan tata letak atau lay out peta sehingga nama geografis mudah ditemukan atau dibaca. Penulisan nama geografis dilakukan dengan dua cara, yaitu penulisan dengan huruf miring dan tegak. Huruf miring digunakan untuk nama laut, danau, sungai, rawa, teluk, dan selat. Penulisan dengan huruf tegak untuk nama gunung, pegunungan, tempat, tanjung, dan bukit.
Hal yang perlu diperhatikan adalah keindahan dan kejelasan informasi objek geografis di peta. Penulisan nama atau objek geografis harus konsisten dalam ejaan penulisan.
a. Penulisan Geografis Indonesia
Penulisan nama geografi di Indonesia sangat sulit karena keragaman bahasa daerah (suku bangsa). Setiap daerah memiliki sebutan untuk tiap objek geografis. Bila penulisan digunakan dengan istilah bahasa Indonesia kemungkinan penduduk di daerah itu tidak mengerti atau menjadi bingung, padahal peta tidak boleh membingungkan para penggunanya. Oleh karena itu, nama-nama objek geografis perlu dibakukan.
Penulisan geografis dilakukan dengan memisahkan istilah geografis dengan nama objek tersebut, misalnya Sungai Asahan, Danau Kerinci, dan Gunung Merapi. Nama sungai yang sudah dikenal oleh masyarakat dan istilah daerah tidak perlu diubah, hanya cara penulisan yang perlu diperhatikan. Misalnya, Ci tarum tidak perlu diubah menjadi Sungai Tarum, tetapi tetap dengan cara penulisan Ci Tarum. Ci di daerah Jawa Barat berarti sungai. Cara penulisan dengan nama Sungai Tarum dapat membingungkan karena sudah lama dikenal oleh masyarakat umum.
Baca Juga : Data geografis dalam sketsa dan peta wilayah
Bagaimana bila tidak menunjukkan sungai? Penulisannya digabung. Misalnya, Cibinong adalah nama tempat atau lokasi sehingga penulisannya digabung. Tetapi, bila menunjukkan sungai maka penulisan diubah menjadi Ci Binong. Pada penulisan Bengawan Solo menunjukkan sungai, jadi tidak perlu ditulis Sungai Bengawan Solo karena bengawan berarti sungai.
Penulisan geografis tetap mengikuti istilah daerah sepanjang istilah itu sudah dikenal orang banyak. Bila istilah daerah belum begitu terkenal maka penulisannya dapat diterima umum. Misalnya, Air Musi dewasa ini lebih dikenal dengan Sungai Musi, Aek Asahan dikenal dengan Sungai Asahan. Istilah danau dan gunung dalam istilah daerah lebih mudah diubah dengan istilah bahasa Indonesia. Masyarakat lebih mudah mengerti akan penggunaan istilah tersebut.
Pedoman kita dalam penulisan objek geografis ini adalah bila itu nama tempat maka disatukan dan bila nama sungai, danau, atau gunung maka dipisahkan. Untuk memahami lebih lanjut bukalah atlas kalian, kemudian carilah istilah-istilah sungai maka kalian akan menemukan berbagai versi dan ada sebagian yang tetap menggunakan istilah sungai. Demikian pula untuk danau atau gunung hanya kedua istilah ini sedikit yang menggunakan istilah daerah.
b. Penulisan Geografis Dunia
Penulisan nama geografis dunia harus mengikuti prinsip penulisan objek geografis. Artinya, penulisan ini tidak membingungkan pembacanya. Penulisan nama geografis yang berlaku saat ini lebih banyak pada cara membaca nama objek tersebut, seperti nama negara, ibu kota, nama gunung, sungai, danau, dataran, laut, dan teluk. Penulisan objek geografis dunia ini mengikuti suatu pola cara membacanya karena bila kita membaca peta dengan bahasa asing maka akan sulit untuk menemukannya.
Penulisan nama objek geografis dunia pada prinsipnya mengikuti penulisan istilah dari negara itu berasal. Bila kita ingin menuliskan dalam bahasa Indonesia cukup istilahnya saja. Misalnya, penulisan Gunung Fujiyama, tidak perlu menulis gunung, tetapi cukup Fujiyama atau Gunung Fuji saja. Gunung Mount Everest menuliskannya cukup Mount Everest atau Gunung Everest, tidak perlu Pegunungan Rocky Mountain cukup Rocky Mountain atau Pegunungan Rocky, tidak perlu menulis Pegunungan Tien Shan, cukup Tien Shan atau Pegunungan Tien, dan sebagainya.
Untuk itu, perlu diperhatikan istilah objek geografis yang terdapat di berbagai negara di dunia. Demikian pula cara penulisan nama sungai, kita tinggal memilih, menulis dengan istilah dari negara asal objek geografis atau menggunakan istilah bahasa Indonesia pada objek geografis tersebut. Misalnya, Huang Ho atau Sungai Huang, Chang Jiang atau Sungai Chang, Yang Tse Kiang atau Sungai Yang Tse.
Penulisan nama negara-negara di dunia juga cukup rumit, ada yang mengikuti cara membaca dan ada pula yang mengikuti seperti penulisan negara aslinya. Misalnya, Cina ada yang menulis China, Canada dengan Kanada, Cuba dengan Kuba, Philippines dengan Filipina, dan sebagainya. Penulisan nama hanya didasarkan pada mudahnya orang membaca atau mengingatnya. Untuk memahami lebih lanjut, bukalah atlas kalian dan carilah nama-nama negara di dunia dan bandingkan dengan penulisan istilah Bahasa Indonesia. Kalian akan menemukan nama negara yang berbeda dengan tulisan nama asli negara di dunia.
Repost: rpp-smp.blogspot.com
Repost: rpp-smp.blogspot.com