Peninggalan sejarah yang bercorak agama Hindu di antaranya adalah sebagai berikut:
- Prasasti Yupa di Kutai, Kalimantan Timur, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Kutai.
- Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu atau Kolengkak, Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten di Bogor, Jawa Barat, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara.
- Prasasti Tugu di Jakarta Utara, DKI Jakarta, dan Prasasti Lebak atau Cidanghiang di Lebak Banten, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara.
- Prasasti Panlegan, Penumbangan, Hantang, Talan, Jeoun, Weleri, Angin Jaring, Semandhing, dan Prasasti Ceker, di Kediri, Jawa Timur, merupakan peninggalan Kerajaan Kediri.
- Candi Jago, Kidal, Singasari, Kagenengan, dan Arca Prjnaparamita di Malang. Jawa Timur, merupakan peninggalan dari Kerajaan Singasari.
- Candi Sawentar di Blitar, Jawa Timur; Candi Jabung dan Kedaton di Probolinggo Jawa Timur, Candi Tikus di Mojokerto, Jawa Timur, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit.
- Candi Prambanan di Klaten, Jawa Tengah, merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno pada pemerintahan Rakai Pikatan.
- Candi Dieng di Banjarnegara, Jawa Tengah, merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
- Candi Cangkuang di Garut.
Peninggalan sejarah bercorak agama Hindu yang merupakan karya sastra, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Negarakertagama ditulis oleh Mpu Prapanca.
- Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular.
- Arjunawijaya ditulis oleh Mpu Tantular.
Peninggalan sejarah berupa tradisi atau kebiasaan yang bercorak agama Hindu di antaranya adalah sebagai berikut:
- Ngaben, merupakan upacara pembakaran mayat pada masyarakat Hindu di Bali. Upacara Ngaben dimaksudkan untuk mengembalikan manusia kepada asalnya.
- Nyepi merupakan upacara keagamaan masyarakat Hindu. Nyepi memiliki tujuan untuk mengoreksi diri dan mawas diri terhadap perilaku yang telah diperbuat setahun yang lalu. Nyepi dilakukan dengan berdiam diri di rumah tanpa melaksanakan kegiatan apapun sesuai dengan aturan dalam upacara nyepi. Nyepi dilakukan untuk memperingati tahun baru Saka.
- Galungan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan setiap 210 hari sekali, jatuh pada hari Rabu Kliwon, dua kali dalam satu tahun.
- Kuningan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan dua minggu setelah hari Raya Galungan.
- Sandranan dilakukan oleh masyarakat Hindu dengan membawa sesajian kuburan atau tempat-tempat keramat.
- Kesodo merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan upacara mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.
Beberapa peninggalan sejarah beberapa bangunan yang bercorak agama Hindu yang dikenal luas, di antaranya adalah:
a. Candi Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Lara Jongrang merupakan candi bercorak Hindu yang cukup besar. Berdasarkan Prasasti Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada candi Prambanan diketahui bahwa Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan. Candi ini dibangun pada abad XI Masehi pada masa Mataram Kuno. Candi Prambanan dibagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian ini adalah halaman pertama atau jeroan, halaman kedua atau tengahan, dan halaman ketiga atau jaba. Candi-candi di komplek Candi Prambanan, di antaranya adalah: Candi Syiwa Mahadewa, Wishuni, Brahmana, Angsa, Nandi, dan Garuda.
Candi Prambanan atau Candi Lara Jongrang merupakan candi bercorak Hindu yang cukup besar. Berdasarkan Prasasti Mantiasih, Siwargha, dan tulisan pendek pada candi Prambanan diketahui bahwa Candi Prambanan adalah Sri Maharaja Rakai Pikatan. Candi ini dibangun pada abad XI Masehi pada masa Mataram Kuno. Candi Prambanan dibagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian ini adalah halaman pertama atau jeroan, halaman kedua atau tengahan, dan halaman ketiga atau jaba. Candi-candi di komplek Candi Prambanan, di antaranya adalah: Candi Syiwa Mahadewa, Wishuni, Brahmana, Angsa, Nandi, dan Garuda.
b. Candi Cangkuang
Candi Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Candi Cangkuang bercorak agama Hindu. Candi Cangkuang diperkirakan berasal dari abad VII-VIII Masehi. Bentuk bangunan candi sederhana, dan keterangan mengenai Candi Cangkuang belum lengkap. Candi Cangkuang merupakan candi yang telah mengalami pemugaran letaknya terdapat di tengah danau, di sampingnya ada sebuah makam tokoh Islam setempat, di dalam candi terdapat arca Syiwa mengendarai Nardi. Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, bentuk atap makin ke atas makin kecil.
Candi Cangkuang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Candi Cangkuang bercorak agama Hindu. Candi Cangkuang diperkirakan berasal dari abad VII-VIII Masehi. Bentuk bangunan candi sederhana, dan keterangan mengenai Candi Cangkuang belum lengkap. Candi Cangkuang merupakan candi yang telah mengalami pemugaran letaknya terdapat di tengah danau, di sampingnya ada sebuah makam tokoh Islam setempat, di dalam candi terdapat arca Syiwa mengendarai Nardi. Atap candi terdiri dari tiga tingkatan, bentuk atap makin ke atas makin kecil.
c. Candi Dieng
Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi Dieng bercorak agama Hindu. Candi Dieng dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi. Candi Dieng merupakan kumpulan percandian yang banyak terletak di perbukitan dengan ketinggian tempat 2.000 di atas permukaan laut. Candi-candi di Dieng terdiri atas lima kelompok, yaitu:
Candi Dieng terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi Dieng bercorak agama Hindu. Candi Dieng dibangun sekitar abad VIII-XI Masehi. Candi Dieng merupakan kumpulan percandian yang banyak terletak di perbukitan dengan ketinggian tempat 2.000 di atas permukaan laut. Candi-candi di Dieng terdiri atas lima kelompok, yaitu:
- Candi kelompok utara, yaitu Perikesit dan Dwarasati.
- Candi kelompok tengah, yaitu Arjuna, Srikandi, Puntadewa, Sembadra, dan Semar. Kelompok candi ini disebut Candi Pandawa.
- Candi kelompok barat, yaitu Styaki, Artareja, Petruk, Gareng, Sadewa dan Gatotkaca.
- Candi kelompok timur, yaitu Abyasa dan Pandu.
- Candi kelompok selatan, yaitu Bima.
d. Prasati Yupa
Yupa merupakan prasasti peninggalan Kutai. Yupa berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada Yupa dapat diketahui masuknya pengaruh agama Hindu di Nusantara. Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya Kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai di Kalimantan. Yupa pertama kali dibuat oleh Raja Mulawarman sebagai bukti bahwa raja sudah mempersembahkan korban dan berbagai hadiah kepada Brahmana. Prasasti Yupa juga mencantumkan tulisan sebagai berikut:
Yupa merupakan prasasti peninggalan Kutai. Yupa berbentuk tugu peringatan pada upacara tertentu. Tulisan pada Yupa menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Sansekerta. Dari keterangan pada Yupa dapat diketahui masuknya pengaruh agama Hindu di Nusantara. Prasasti Yupa diperkirakan berasal dari abad ke-4 Masehi. Prasasti ini membuktikan adanya Kerajaan Hindu tertua di Nusantara, yaitu Kerajaan Kutai di Kalimantan. Yupa pertama kali dibuat oleh Raja Mulawarman sebagai bukti bahwa raja sudah mempersembahkan korban dan berbagai hadiah kepada Brahmana. Prasasti Yupa juga mencantumkan tulisan sebagai berikut:
- Raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Kudungga.
- Putra Kudungga adalah Asmawarman.
- Asmawarman sebagai pembentuk keluarga atau Wamsakarta.
- Asmawarman mempunyai tiga putra di antaranya adalah Mulawarman.
- Mulawarman membawa Kerajaan Kutai ke masa kejayaan dengan memberi sedekah kepada Brahmana berupa 20.000 ekor sapi.
e. Prasati Tarumanegara
Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti itu adalah Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Cianteun yang semuanya ditemukan di daerah Bogor. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta. Prasasti Lebak ditemukan di Desa Lebak, di tepi Sungai Cidanghiang, Banten. Keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahwa di Jawa Barat pada zaman dahulu terdapat masyarakat yang hidup teratur. Mereka sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk keperluan pengairan dibangun sungai Gomati juga berguna untuk mencegah banjir. Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja Tarumanegara, yaitu Purnawarman telah memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Tarumanegara tidak diketahui lagi perkembangan selanjutnya.
Ada beberapa prasasti yang ditemukan pada zaman Kerajaan Tarumanegara. Prasasti itu adalah Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, dan Prasasti Cianteun yang semuanya ditemukan di daerah Bogor. Prasasti Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta. Prasasti Lebak ditemukan di Desa Lebak, di tepi Sungai Cidanghiang, Banten. Keterangan yang ada pada prasasti dapat diketahui bahwa di Jawa Barat pada zaman dahulu terdapat masyarakat yang hidup teratur. Mereka sudah hidup menetap dan bertani. Mereka hidup makmur. Untuk keperluan pengairan dibangun sungai Gomati juga berguna untuk mencegah banjir. Keterangan pada prasasti membuktikan bahwa Raja Tarumanegara, yaitu Purnawarman telah memperhatikan rakyatnya. Sepeninggal Raja Tarumanegara tidak diketahui lagi perkembangan selanjutnya.
f. Tradisi Nyepi
Nyepi merupakan upacara agama Hindu di Bali dalam rangka pergantian tahun Caka. Upacara Nyepi dimulai dengan pacaruan. Pacaruan adalah upacara korban suci untuk menyucikan Bhuta Kalla. Setelah pacaruan dianjurkan dengan Sipeng atau Amatigeni. Sipeng atau amatigeni, yaitu kegiatan memusnahkan pikiran panas supaya tenang dan memohon keselamatan umat terhadap Ida Sanghyang Widhi. Pada hari Nyepi dilarang menyalakan api, bekerja, bepergian, dan berhubung antara suami dan istri. Setelah Sipeng dilanjutkan dengan ngembakgeni. Ngembakgeni adalah pembebasan dari upacara sipeng.
Nyepi merupakan upacara agama Hindu di Bali dalam rangka pergantian tahun Caka. Upacara Nyepi dimulai dengan pacaruan. Pacaruan adalah upacara korban suci untuk menyucikan Bhuta Kalla. Setelah pacaruan dianjurkan dengan Sipeng atau Amatigeni. Sipeng atau amatigeni, yaitu kegiatan memusnahkan pikiran panas supaya tenang dan memohon keselamatan umat terhadap Ida Sanghyang Widhi. Pada hari Nyepi dilarang menyalakan api, bekerja, bepergian, dan berhubung antara suami dan istri. Setelah Sipeng dilanjutkan dengan ngembakgeni. Ngembakgeni adalah pembebasan dari upacara sipeng.
g. Candi Kidal
Candi ini dibangun sebagai tempat pendermaan Anusapati, beliau adalah Raja Singasari dari hasil perkawinan Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada candi ini, Singasari diwujudkan dengan arca Dewa Siwa. Tinggi candi ini adalah 12,5 m dan pada candi ini terdapat pahatan cerita garuda mencuri air kehidupan.
Candi ini dibangun sebagai tempat pendermaan Anusapati, beliau adalah Raja Singasari dari hasil perkawinan Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada candi ini, Singasari diwujudkan dengan arca Dewa Siwa. Tinggi candi ini adalah 12,5 m dan pada candi ini terdapat pahatan cerita garuda mencuri air kehidupan.
h. Candi Jawi
Candi ini dibangun atas perintah Kertanegara. Kertanegara adalah salah seorang Raja Singasari yang mempunyai rasa kebangsaan yang tinggi. Ia tidak takut dengan kekuasaan Kerajaan Mongol yang beberapa kali mengirimkan utusannya ke Jawa dengan maksud untuk menundukkan Kertanegara, saking kesalnya utusan Mongol tersebut disuruhnya kembali lagi ke Mongol dengan kupingnya dipotong terlebih dahulu. Pada Candi Jawi terdapat tempat pendermaan Kertanegara, tinggi candi mencapai 24 m. Setelah wafatnya, Kertanegara dimakamkan di Candi Singasari.
Candi ini dibangun atas perintah Kertanegara. Kertanegara adalah salah seorang Raja Singasari yang mempunyai rasa kebangsaan yang tinggi. Ia tidak takut dengan kekuasaan Kerajaan Mongol yang beberapa kali mengirimkan utusannya ke Jawa dengan maksud untuk menundukkan Kertanegara, saking kesalnya utusan Mongol tersebut disuruhnya kembali lagi ke Mongol dengan kupingnya dipotong terlebih dahulu. Pada Candi Jawi terdapat tempat pendermaan Kertanegara, tinggi candi mencapai 24 m. Setelah wafatnya, Kertanegara dimakamkan di Candi Singasari.
i. Candi Sukuh
Candi Sukuh didirikan pada masa Majapahit. Berbeda dengan candi lainnya, pada candi ini lebih menunjukkan unsur Jawa asli daripada unsur Hindunya.
Candi Sukuh didirikan pada masa Majapahit. Berbeda dengan candi lainnya, pada candi ini lebih menunjukkan unsur Jawa asli daripada unsur Hindunya.
j. Candi Canggal
Candi ini kemungkinan besar didirikan pada masa keluarga Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno. Pada candi ini terdapat Prasasti Canggal yang menginformasikan tentang Dinasti Sanjaya.
Candi ini kemungkinan besar didirikan pada masa keluarga Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno. Pada candi ini terdapat Prasasti Canggal yang menginformasikan tentang Dinasti Sanjaya.